The Blue Mosque atau yang juga disebut dengan Masjid Sultan Ahmed ini merupakan salah satu wisata di Turki yang menjadi incaran para wisatawan. Orang Indonesia juga biasa menyebutnya dengan Masjid Biru Turki. Arsitektur serta ciri khas bangunannya yang mudah dikenali membuat masjid ini makin terkenal dan ramai didatangi, tak hanya bagi wisatawan muslim, tapi juga wisatawan non-muslim.
Terletak di Kota Istanbul yang merupakan kota terbesar di Turki, kira-kira, apa saja daya tarik yang dimiliki oleh masjid megah di Turki yang satu ini? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak sejarah serta fakta-fakta menarik The Blue Mosque, yuk!
Siapakah Sultan Ahmed I?
Sultan Ahmed I merupakan Sultan Turki Utsmani sejak 1603 hingga wafatnya, pada 1617. Ahmad I menggantikan ayahnya, Mehmed III pada 1603. Saat itu, ia baru berumur 14 tahun dan merupakan Sultan Utsmani pertama yang menjabat sebagai sultan pada usia yang sangat muda.
Sultan Ahmed I dikenal sebagai sosok yang penyayang dan ramah. Ia dikenal karena kecakapannya main anggar, balap kuda dan kefasihan dalam beberapa bahasa. Ketika menjadi sultan, kondisi pemerintahan Utsmani sedang dilanda krisis dan peperangan di Eropa, pertempuran menghadapi Iran, juga pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri.
Sultan Ahmed I memutus tradisi pembunuhan saudara laki-laki di Kesultanan Utsmani setelah penobatan, dan Ia tidak memerintahkan eksekusi terhadap saudaranya, Pangeran Mustafa. Sebaliknya Pangeran Mustafa dikirim untuk tinggal di Istana lama Bayezit bersama dengan nenek mereka, yakni Safiye Sultan.
Sikap yang diambil oleh Sultan Ahmed kemungkinan besar disebabkan karena usia Ahmed yang masih muda, dan karena ia belum memiliki anak-anak yang dapat menggantikannya, oleh karena itu, Pangeran Mustafa kemudian menjadi satu-satunya kandidat lain untuk tahta Utsmaniyah.
Membunuh saudaranya akan membahayakan kerajaan, dengan demikian Pangeran Mustafa terhindar dari pembunuhan.
Pada awal pemerintahannya, Sultan Ahmed I menunjukkan keputusan dan semangat yang tinggi, yang dilanggar oleh tindakan yang diambil olehnya selanjutnya. Perang di Hungaria dan Persia berakhir dan tidak memberi keuntungan bagi Kesultanan.
Pamornya makin ternoda dalam Perjanjian Zsitvatorok, yang ditandatangani pada 1606, di mana upeti tahunan yang dibayarkan oleh Austria dihapuskan.
Menyusul kekalahan telak dalam Perang Utsamiyah-Safawi (1603-1618) melawan Kesultanan Safawi, yang dipimpin oleh Shah Abbas Agung, Georgia, Azerbaijan, dan wilayah luas lainnya di Kaukasus dikembalikan ke Persia sesuai dengan Perjanjian Nasuh Pasha pada 1612, wilayah ini sebelumnya telah ditaklukkan sementara dalam Perang Utsmaniyah-Safawi (1578-1590).
Perbatasan baru ditarik pergaris yang sama seperti yang dikonfirmasi dalam Perjanjian Damai Amasya tahun 1555.
Fakta lain yang tak kalah menarik tentang Sultan Ahmed I adalah ia bertanggung jawab atas penghancuran organ jam musik yang dikirim Ratu Elizabeth I dari Inggris yang dibawa pada masa pemerintahan ayahnya Mehmed III. Alasannya karena Sultan Ahmed merasa keberatan terhadap seni figuratif.
Sejarah Masjid Biru Turki
Masjid Biru dibangun atas perintah Sultan Ahmed I antara tahun 1609 dan 1616. Sultan Ahmed I memerintahkan untuk membangun masjid ini guna mengangkat kembali moral Kekaisaran Ottoman.
Kekaisaran Ottoman mengalami kekalahan saat berperang dengan Persia. Perjanjian damai dibuat untuk mengakhiri perang antara Kekaisaran Ottoman dan Kerajaan Habsburg.
Sultan Ahmed I memerintahakan kepada Mehmed Aga, seorang arsitek terkenal pada masa itu untuk merancang bangunan masjid tanpa mengkhawatirkan biaya. Masjid terkenal di Turki yang satu ini memang sengaja dibangun megah sejak awal pembangunan.
Keistimewaan Bangunan Masjid Sultan Ahmed
Masjid yang sengaja dibangun untuk menandingi Hagia Sophia ini dirancang oleh arsitek terkenal pada masa itu, yakni Mehmed Aga. Dengan kemegahannya, Masjid Sultan Ahmed tentu memiliki keistimewaan-keistimewaan yang mampu mengundang para wisatawan untuk mengunjungi masjid tersebut. Berikut beberapa keitimewaan Masjid Sultan Ahmed:
1. Masjid dengan 6 menara megah berbentuk pensil
Pembangunan menara pada The Blue Mosque memiliki cerita menarik di baliknya. Kabarnya, Sultan Ahmed I memerintahkan kepada sang arsitek untuk membangun sebuah menara yang terbuat dari emas, emas dalam bahasa Turki adalah ‘Altin’, yakni mirip dengan kata ‘Alti’ yang berarti ‘enam’.
Maka, Mehmed Aga membuat masjid tersebut dengan ‘6 menara megah yang membuat Sultan Ahmed I merasa kecewa karena kesalahpahaman tersebut. Namun, setelah melihat keindahan hasilnya, Sultan Mehmed justru terpukau dengan desain 6 menara tersebut.
Namun, pembangunan 6 menara ini menimbulkan kontroversi karena menyamai jumlah menara di Masjidil Haram, akhirnya Sultan Ahmed I memerintahkan untuk membangun 1 menara lagi di Masjidil Haram.
Pembangunan menara yang tinggi menambah kesan gagah pada masjid ini. Masing-masing menara dilengkapi dengan 3 balkoni, dengan penopangnya yang disebut dengan seni murqonas.
Pembangunan menara tinggi ini dulunya dimaksudnya sebagai penanda masjid jika dilihat dari jarak jauh.
Menara-menara ini memiliki diameter kubah 23,5 meter dan tinggi kubah 40 meter, yang dilengkapi dengan 4 setengah lingkaran kubah dari 4 arah yang berbeda, dan kolom beton.
2. Rantai besi pintu gerbang
Sebuah rantai besi yang berat dipasang di pintu gerbang sebelah barat The Blue Mosque. Dulunya, gerbang ini hanya boleh dilewati oleh Sultan Ahmed I.
Pemasangan rantai besi ini memiliki arti sebagai bentuk kerendahan hati raja di hadapan Ilahi. Sultan Ahmed I biasa memasuki istana melalui gerbang ini dengan menunggangi seekor kuda, ketika melintasi gerbang besi tersebut, Sultan Ahmed I akan menundukkan kepalanya agar tidak terkena rantai yang digunakan sebagai simbol kerendahan tadi.
3. Telur unta di tengah kubah
Ada yang istimewa dari kubah The Blue Mosque, yakni terdapat sebuah telur unta di tengah kubah terbesar. Telur unta tersebut diletakkan di atas chandelier berbentuk segitiga, yang di tiap sudutnya dipasang rantai panjang yang menjuntai untuk mengikat wadah telur unta tersebut.
Konon, telur unta memiliki aroma yang tidak disukai oleh laba-laba, jadi, peletakkan telur unta tersebut dimaksudkan agar laba-laba tidak membuat sarang di kubah masjid.
4. Fasilitas dan interior
The Blue Mosque tak hanya memiliki keistimewaan pada 6 menaranya, tetapi juga interiornya yang menakjubkan. Keindahan interior masjid ini begitu kental dengan nuansa berwarna biru, sesuai dengan namanya.
Terdapat sekitar 20.000 keramik yang didominasi oleh warna biru dan dilengkapi dengan warna-warna lain, seperti hijau, ungu, dan putih pada interior masjid ini.
Keramik-keramik tersebut merupakan hasil dari kerajinan Iznik Turki. Motif-motif keramik tersebut juga bermacam-macam, seperti daun, tulip, mawar, anggur, bunda delima, atau motif-motif geometris lainnya.
Keramik pada lantai bawah masjid dibuat dengan desain tradisional Turki, sementara keramik di lantai galeri dibuat dengan desain bunga dan buah-buahan. Keramik di The Blue Mosque sempat direstorasi karena kebakaran di tahun 1574.
Selain keramik, Masjid Biru juga memiliki keistimewaan lain, yakni terdapat 200 jendela masjid yang terbuat dari kaca patri dengan berbagai desain, yang memancarkan cahaya dari luar masjid. Pada bagian depan masjid, lampu-lampu yang digunakan terbuat dari emas dan batu berharga.
Kusen dan bingkai jendela dirangkai dengan potongan-potongan berbagai material pilihan, dan dirangkai membentuk pola seperti mozaik. Sementara karpet masjid menggunakan bahan sutera, dan lampu-lampu minyak yang ada disana berasal dari produk impor.
Elemen menarik yang tak kalah menari dari masjid ini adalah terdapat mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive double di atasanya.
Masjid ini didesain khusus agar semua orang yang ada di dalamnya tetap dapat melihat dan mendengar imam. Untuk dekorasi lainnya adalah kaligrafi ayat-ayat Al qur’an yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik dan terkenal pada saat itu.
5. Terdapat makam Sultan Ahmed I
Sultan Ahmed I wafat ketika umurnya masih sangat muda karena penyakit tifus dan pendarahan lambung yang dideritanya. Sultan Ahmed I meninggal pada tahun 1617 pada usia 27. Ia dimakamkan di halaman The Blue Mosque. Tak hanya makam Sultan Ahmed I, di masjid ini juga terdapat makam istri Sultan Ahmed I dan ketiga anaknya.
Peraturan di Masjid Biru
Sejak awal pembangunannya, The Blue Mosque tidak pernah berubah fungsi. Sesuai dengan tujuan Sultan Ahmed I saat itu, masjid biru masih dipergunakan sebagai tempat ibadah.
Sebelum berkunjung ke sana, tentunya wisatawan harus memahami peraturan yang diterapkan di masjid tersebut. Tak hanya pengunjung muslim, pengunjung non-muslim juga diperbolehkan untuk mengunjungi masjid tersebut. Namun, ketika mengunjungi Masjid Biru, semua orang diharuskan mengenakan pakaian yang sopan, sementara untuk perempuan diharuskan mengenakan penutup kepala.
Tips Mengunjungi Masjid Biru
Terdapat beberapa tips yang akan saya bagikan untuk kamu yang berniat mengunjungi masjid megah dan terkenal di Turki tersebut, antara lain:
1. Waktu yang tepat untuk mengunjungi destinasi wisata Turki yang satu ini adalah pada waktu pagi menjelang siang. Oleh karena itu, hindari mengunjungi masjid pada saat waktu beribadah atau 30 menit sebelum azan. Karena masjid akan ditutup selama 90 menit bagi wisatawan.
2. Sebelum masuk masjid, jangan lupa untuk membuka alas kaki dan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang sudah disediakan gratis.
3. Gunakan pakaian panjang dan sopan, untuk perempuan diharuskan mengenakan kerudung atau penutup kepala sebagai bentuk penghormatan di dalam tempat ibadah muslim. Kamu dapat meminjam penutup kepala kepada staf masjid, lho!
4. Pengunjung dilarang berisik atau membuat kegaduhan. Tak hanya itu, jika ingin mengabadikan keindahan dalam masjid, jangan gunakan flash, ya! Pengunjung juga dilarang untuk mengarahkan kamera atau memotret orang-orang yang sedang sholat di dalam masjid.
5. Setelah selesai berkunjung, plastik yang digunakan untuk membungkus alas kaki jangan lupa untuk dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan. Jika kamu meminjam penututp kepala, silakan kembalikan kepada staf.
Beberapa informasi mengenai The Blue Mosque di atas dapat kamu gunakan sebagai panduan jika ingin mengunjungi masjid megah di Turki tersebut. Turki memang selalu memiliki wisata menarik yang dapat kamu kunjungi di keempat musim berbeda yang ada di negara tersebut.
Sudah terpikir kira-kira kapan akan mengunjungi The Blue Mosque? Tak perlu bingung, kapanpun kamu siap, Alaransel.com menyediakan paket tour Turkey di semua musim, lho!
Ada paket Classical Autumn, Special Autumn, Special Winter, dan Promo Winter, yang di dalamnya tentu terdapat kunjungan ke Masjid Biru! Jadi, tunggu apalagi? Tertarik untuk merencanakan liburan serumu dalam waktu dekat ini? Segera hubungi Alaransel.com!
PT. CAKRAWALA PARAMUDA MANDIRI
Alamat: Jalan Jembatan Utara No 189 A, Jakarta Selatan
© 2022 alaransel.com